“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)
Menulis bukan hanya sekadar aktivitas duniawi. Dalam Islam, menulis bisa menjadi salah satu bentuk amal jariyah—amal yang pahalanya terus mengalir bahkan setelah kita meninggal.
Ketika kita menulis ilmu yang bermanfaat, lalu dibaca dan diamalkan oleh orang lain, maka setiap hurufnya menjadi ladang pahala. Tulisan tersebut bisa menjadi wasilah dakwah, sarana edukasi, atau bahkan penyemangat bagi pembaca yang sedang lemah imannya.
✍️ Menulis Itu Meninggalkan Warisan Kebaikan
Imam an-Nawawi, Ibnu Qayyim, dan banyak ulama lain adalah contoh bahwa tulisan mereka tetap hidup hingga kini. Kita belajar dari kitab-kitab mereka, padahal jasad mereka telah lama tiada. Mereka telah meninggalkan warisan ilmu yang terus mengalirkan pahala.
Di era digital dan cetak seperti sekarang, siapa pun bisa menulis dan menyebarkan manfaat. Entah itu berupa buku, artikel, atau catatan pendek, semua bisa jadi amal jika diniatkan lillah.
📚 Menulis Buku sebagai Media Dakwah
Jika kamu memiliki ide, pengalaman, atau pengetahuan seputar Islam, maka menuangkannya dalam buku adalah bentuk dakwah yang elegan. Tidak semua orang bisa berdiri di mimbar, tapi semua bisa menulis dari hati.
Bayangkan jika buku yang kamu tulis dibaca ratusan orang, lalu satu di antaranya berubah menjadi lebih baik karena tulisanmu. Bukankah itu pahala yang terus mengalir?
💡 Penutup
Jangan menunggu sempurna untuk mulai menulis. Tulis dari hati, niatkan karena Allah, dan biarkan tulisanmu menjadi bagian dari warisan ilmu yang bermanfaat.
“Ilmu itu akan kekal, sedangkan pemiliknya akan pergi. Maka jadilah orang yang meninggalkan jejak.”
— Imam Syafi’i
🌱 Ingin menerbitkan tulisan Islami Anda?
Taaf Kawruh Insight siap membantu Anda menjadikan tulisan menjadi amal jariyah dalam bentuk buku yang bermanfaat.